Pada site pilihan yang ditentukan pada Jl. H. Agus Salim, pemilihan tapak yang saya ajukan sebelumnya adalah pada bagian: Pemilihan tapak pada Jl. H. Agus Salim dan Jl. Sunda dilakukan sebagai langkah untuk menjadikan kawasan ini terlihat sebagai area konservasi. Bangunan yang akan dibuat bersebrangan dengan 'identitas' kawasan konservasi ini akan membentuk muka gerbang daerah konservasi H. Agus Salim. Gereja Theresia yang menonjol di Jl. H. Agus Salim Analisis Tapak Gereja Santha Theresia Gereja Santha Theresia merupakan awal mula terbentuknya konservasi pada Jl. H. Agus Salim. Dareah ini juga ramai karena adanya ibadah gereja setiap harinya. Dengan intensitas pengunjung gereja, maka adanya kemungkinan untuk menghidupkan Jl. H. Agus Salim untuk diketahui masyarakat juga untuk daerah konservasi. Keadaan gereja yang ikonik namun tertutup, tidak dapat diakses secara umum. Sehingga kurangnya pengunjung yang mengetahui bahwa bangunan ini adalah bangunan konservasi. Parkir mengantar dan menjemput anak sekolah Parkir Gereja (Senin, 12.30 WIB) (Minggu, 10.00 WIB) Ini adalah keadaan parkir sembarangan di daerah samping Gereja Theresia, hal ini menyebabkan kemacetan di daerah Gereja setiap harinya. Sekolah Santa Theresia Sekolah Theresia terdiri dari KB (Kelompok Bermain), TK, SD, dan SMA. Adapun SMP yang bernama SMP Santo Bellarminus. Luas area sekolah ini +/- 2,4 Ha. Sekolah berada persis di pinggir jalan, sama halnya dengan Gereja Theresia, jalan pinggir sekolah dipakai untuk parkir kendaraan, sedangkan pada jalur pedestrian dapat dilihat banyak yang menunggu anak pulang sekolah, dari orang tua, pengasuh, dan supir. Karena banyak yang menunggu, maka muncul pedagang kaki lima atau pikulan, yang menjual makanan, minuman, sampai mainan. Kondisi pulang sekolah siswa/i SD Theresia 1) Bank Mandiri: Selain berfungsi menjadi bank, tempat ini juga sebagai tempat parkir kendaraan. Letaknya yang berada di tikungan, membuat gsb nya menjadi besar, sehingga gsb yang digunakan sebagai jalur pedestrian malah digunakan untuk tempat duduk (lesehan), tempat pedagang kaki lima istirahat dan menaruh gerobak, serta tempat parkir motor. Penaruhan vegetasi pun tidak beraturan. Orang-orang yang berteduh, beristirahat sambil merokok, serta parkir motor. 2) Hotel Artotel: Hotel ini cukup terkenal dengan fasad luarnya yaitu mural yang 'nyentrik' serta tempat makannya yang sering ditemukan dalam foto instagram. Sayangnya hotel ini berada dalam area konservasi, namun fasadnya tidak sama sekali menunjukkan adanya hubungan dengan konservasi. Padahal, hotel ini mampu menjadi penarik pengunjung untuk datang ke sekitar Jl. H. Agus Salim. 3) HongKong Cafe: Tempat makan dan minum kopi untuk menunjang fungsi Hotel dan perkantoran sekitar. HongKong Cafe memiliki parkir khusus, namun sedikit kendaraan yang parkir disitu. 4) Enka Deli Square: Bangunan ini memiliki fungsi berbeda, diantaranya restoran, bakeri (The Harvest), sekolah Interstudi, dan tempat yoga. Bangunan ini tidak mempunyai tempat parkir khusus, namun malah banyak sekali mobil yang parkir di area depan bangunan dengan tidak beraturan. Parkir Kendaraan Enka Deli Square 5) Bakmi GM: Gedung ini dikenal karena adanya restoran Bakmi GM pada lantai 3, selain itu pada lantai 1 juga terdapat TOTAL Buah Supermarket. Kedua fungsi tersebut tidak pernah sepi pengunjung, dimana selalu pernuh dengan pegawai kantoran dan anak sekolah. 1) Komersial: Bangunan masih pada tahap konstruksi, namun apabila dilihat bangunan ini memiliki tinggi 4 lantai, yang seharusnya bangunan sepanjang Jl. H. Agus Salim adalah 1-2 lantai. Bangunan tersebut juga bukan berupa rumah pribadi, namun bangunan itu tetap mempertahankan konservasi dengan bangunan yang menyerupai rumah Belanda. Letaknya ada di sebelah Bank Mandiri. 2) Saung Bambu Has 64: Tempat makan kecil ini ada di depan gereja, pengunjung ramai pada makan siang, rata-rata pengunjungnya adalah pegawai kantoran dan orang tua yang ini menjemput anaknya sekolah. Sayangnya pegawai kantoran yang notabene kantornya tidak terlalu dekat membawa kendaraan motor, yang malah di parkir di warung, yaitu mengambil sedikir jalur pedestrian. 3) Rumah Pribadi: Ada 3 rumah pribadi yang masing-masing memiliki pagar yang tinggi dan keamanannya dijaga oleh satpam. 4) Salon: Salon ini menarik karena memiliki muka bangunan yaitu kaca dan dapat terlihat bagian dalamnya. Walaupun menggunakan bangunan lama sebagai massingnya, tetapi salon ini tetap mampu menarik datang pengunjung. Rata-rata pengunjungnya adalah ibu-ibu yang menunggu anaknya sekolah. 5) Rumah Maen: Rumah Maen karya Han Awal & Partners ini merupakan paviliun. Namun saat ditanya belum ada acara dan pagar tidak boleh dibuka untuk sembarang, sehingga ada keamanan yang menjaga. Paviliun ini tidak boleh sembarang dimasuki, harus sesuai dengan jam acara atau jam buka yang ditentukan. Bangunan Komersial yang masih dalam tahap konstruksi Saung Bambu yang mengambil jalur pedestrian untuk parkir kendaraan. Salon yang selalu dibuka pagarnya, sehingga pengunjung bebas keluar masuk. Paviliun yang belum boleh diakses Diagram Penggunaan Tempat Berdasarkan diagram penggunaan bangunan, pengguna fasilitas adalah: Zona I:
Berdasarkan analisis, area tapak yang ingin diambil sangat berkaitan dengan pejalan kaki, khususnya anak sekolah. Ada beberapa orang tua yang menaruh kendaraan agak jauh dan membawa anaknya untuk berjalan baru ke sekolah ataupun sebaliknya saat pulang. Sedangkan murid SMP dan SMA melewati jalan tersebut untuk ke tempat parkiran atau jalan masuk ke mall sepulang sekolah. Beberapa titik tempat parkir kendaraan, sehingga membawa mereka ke arah tapak. Anak-anak berjalan menuju kendaraan seusai sekolah Anak-anak melewati tapak untuk menuju mall Kemacetan Disekitar Tapak Karena parkir kendaraan yang sembarangan menambah macet lalu lintas Contoh kemacetan pada putar balik Gereja Theresia yang menharah pada TK Theresia Berdasarkan data Dinas Peraturan Daerah Provinsi Jakarta dana analisis sekitar, fungsi yang akan dimasukan dan diterapkan adalah: Zona KI dan C1
Zona R5
Jl. H. Agus Salim merupakan area konservasi dimana 'rasa' nya sudah mulai pudar. Mulai banyak fungsi baru yang dimasukkan tanpa mempertahankan lagi bentuk bangunan dan identitas daerah. Untuk menanggapi analisis yang telah dilakukan pada area ini, maka fokus point pada tapak ini adalah: Memunculkan kembali 'rasa' konservasi dengan penambahan fungsi dan Memperhatikan pejalan kaki, khususnya anak-anak. Pembagian Fungsi Akses antar Fungsi Mixed Use Pusat Jajanan Sebagai fasilitas tempat makan untuk menunjang perkantoran, hotel, mixed use, dan tempat untuk para orang tua menunggu anaknya sekolah. Tempat ini berada di tikungan tepat bersebrangan dengan gereja, apabila dilihat dari arah utara maka seperti membentuk gerbang wisata daerah konservasi dengan adanya keramaian dan pusat jajanan. Hotel Hotel berfungsi sebagai penarik pengunjung ke area tapak. 'Penarikan' pengunjung ini berguna untuk membawa mereka untuk mengenal area konservasi yang akan dibawa melalui mixed use. Hotel yang bertemakan Art and working space, dimana hotel ini harus mampu membawa kesan konservasi zaman dulu kepada pengunjung dan menarik minat dari komunitas yang ada di sekeliling, untuk juga mau berkontribusi terhadap keberlangsungan budaya konservasi H. Agus Salim. Studio Keterampilan Studio keterampilan dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengasah kemampuan masyarakat setempat, atau pengisi waktu bagi orang tua menunggu, atau pengunjung gereja. Keterampilan yang ditujukan adalah keterampilan dalam basis budaya, untuk melengkapi kesan area konservasi. Yang kemudian dapat membuka kelas terbuka untuk pengetahuan umum area konservasi bagi bara pengunjung. Tempat Bermain Lingkungan Tempat bermain lingkungan dapat mempunyai hubungan ke semua tempat, gunanya sebagai penunjang area terbuka dari fungsi. Sanggar Seni Sebagai wadah untuk anak-anak berkreasi, dan dapat bekerja sama dengan studio keterampilan dan Rumah Maen untuk menampilkan karya seni yang dapat dinikmati para pengunjung. Preseden
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorLea Dara Rendha Archives
October 2016
Categories |